Diorama perjuangan rakyat Kalsel. |
BERITABANJARMASIN.COM - Perjuangan rakyat Banjar melawan penjajah kolonial Belanda bisa kita rasakan semangatnya saat melihat berbagai benda sejarah dan diorama miniatur di Museum Wasaka. Mulai dari senjata tradisional milik pejuang Banjar, hingga pistol milik Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Belanda ada di tempat ini.
Beberapa waktu lalu, jurnalis BeritaBanjarmasin.com mengunjungi Museum Wasaka yang terletak di Jalan Lingkar Utara, Kelurahan Sungai Jingah, Banjarmasin Utara. Jika kita melewati Jembatan Banua Anyar, maka museum dengan arsitektur Rumah Banjar ini terlihat mencolok.
Senjata tradisional rakyat Kalsel. |
Koleksi museum lebih didominasi benda-benda bersejarah yang digunakan para pejuang Banjar melawan penjajah. Tampak terlihat foto-foto, bagian perahu, peta lokasi pertempurtan, senjata tradisional, senjata api, pakaian, dan perlengkapan penunjang yang digunakan oleh para pejuang Banjar.
Mengunjungi museum ini, pengetahuan kita mengenai perjuangan rakyat Banjar melawan penjajah seolah bertambah. Memandangi diorama perjuangan penjuang Banjar melawan penjajah Belanda di Kotabaru misalnya, seakan memunculkan imajinasi, bagaimana keberanian para pejuang.
Baju Perang |
Saat masuk ke dalam bangunan dengan jenis arsitektur bubungan tinggi ini, kita akan melihat tawing halat, yaitu sejenis dinding pembatas yang menjadi ciri khas bangunan Suku Banjar.
Melansir dari indonesiakaya.com, Wasaka sendiri adalah singkatan dari Waja Sampai Ka Putting yang berarti perjuangan yang tiada henti hingga tetes darah penghabisan. Kalimat itu merupakan moto perjuangan rakyat Kalimantan Selatan.
Terdapat lebih kurang 400 benda bersejarah yang dipamerkan di museum ini, terutama yang berkaitan dengan sejarah perjuangan rakyat dan pemuda Kalimantan Selatan. Diantaranya: daftar organisasi yang pernah berjuang menentang penjajah seperti Lasykar Hasbullah yang bermarkas di Martapura dan Barisan Pemuda Republik Indonesia Kalimantan yang bermarkas di Banjarmasin.
Ada juga benda-benda peninggalan sejarah seperti: mesin tik kuno, kamera, cermin, tombak, mandau, senapan, mortir, serta empat buah kursi yang konon dulunya dipakai sebagai tempat pejuang Kalimantan Selatan bermusyawarah.
Sementara dinding yang mengelilingi kursi-kursi itu memuat deretan gambar gubernur pertama hingga yang menjabat sekarang. Tidak ketinggalan sebuah sepeda kuno yang katanya sewaktu zaman penjajahan digunakan untuk mengirim surat dengan menyembunyikan lembaran surat di dalam badan sepeda agar tidak diketahui oleh kolonial Belanda. (fitri/sip)
Posting Komentar